Sastra menjadi hal yang selalu dibicarakan dewasa ini dalam kehidupan manusai. Sastra menjadi aliran tersendriri yang dapat dipertanggungjawabkan. Sastra menunjukkan ekspresi seni manusia lewat banyak cara. Ia hadir dalam suasana tahu dan mau.
Bunga rampai sastra kumpulan puisi ini adalah salah satu bentuk ungkpakan sastra. Buku ini lahir dari refleksi-refleksi terhadap diri sendiri dan dunia luar. Saya mulai menulis puisi karena terkesan dengan tulisan-tulisan sastra dari sang maestro, Kahlil Gibran. Saya berpikir bahwa saya juga bisa menulis puisi. Saya mulai menulis pada lembaran kertas kecil yang kemudian berkembang pada dua buah buku tulis. Saya memberi antologi puisi dengan “Untuk Satu Nama” karena saya melihat bahwa nama membawa peranan penting bagi manusia. Tanpa nama semua bisa berarti. Tak ada sesuatu di dunia ini yang tanpa nama. Nama adalah segala-galanya. Nama tentang aku, engkau, dia, dan mereka.Nama menandakan bahwa sesuatu itu ada dan dikenal. “untuk satu nama” adalah judulnya karena saya mengenang kepergian sahabat dan saudara saya, Rio Bawur yang membawa duka bagi yang mengenal namanya. Namanya akan selalu kami ingat dalam hati kami.
Untuk mensyukuri ini semua, saya mau mengucapkan limpah terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang mempunyai nama. Pertama, kepada Sang Penciptaku yang selalu memberikan aku kekuatan untuk tetap berlangkah. Kedua, kepada Bapa Nikodemus Dampuk, mama Anastasia Tiut, dan saudara-saudariku: Gis, Etris, dan Joan yang selalu mengajari saya tentang kekeluargaan, kepada Mavia Crew 2012 yang selalu mendukung saya, dan kepada ‘nama-nama’ dari mereka yang sudah, kini dan akan membantu saya dan yang memberikan kesempatanku untuk berbahasa.
Lelah Mengadu
Kepada siapa aku mengadu
Saat senyum sinis mulai nampak
Saat luka-luka pada harapan yang mulai luntur
Tersayat perih tak terbatalkan ini
Saat peluru menyerbu jiwa tak bersalah
Manakah janji yang diikrarkan??
Yang membunuh lautan nafas
Yang terekam bangkai-bangkai merajalela
Tanda tak ada cinta!!!
Kepada siapa aku mengadu
Undang-undang tergeletak di selokan
Diairi makian yang meraung terus…
Bau menyengat para pemulung
Pemulung kasih atau pemulung harta??
Kedua-duanya, itu pasti…
Debu datang mencibirku,”aku lebih mulia darimu”
Membunuhku lagi, kejam!!
Kepada siapa aku mengadu..
Melihatmu merampas lembaran hidup, katamu..
Melihatmu menenteng koper bertuliskan penguasa
Perih tak menentu di hati ini
Padahal langit kita sama..
Tak ada yang lebih hebat dan kuat
Tapi..kekuasaan menjadi senjata ampuhmu!
Sangar bengismu tak lebih dari sebuah pancingan
Yang bertahta atas dukungan palsu….
Murkamu menandingi skenario Pilatus!
Air tangannya kau simpan, bahwa kau ikut munafik..
Entah dunia sudah lelah menegurmu
Kau tetap saja jatuh…
08/12/2012
Aku Mohon
Memanggil namamu
Tak kudengar suaramu
Lembayung nafas cintamu
Tak terpatri dalam jiwaku
Mengalun sendu pilu
Meneriaki dengan pelan: ya sudahlah…
Tinta kesabaranku telah habis
Tak berbekas dalam lembaran asa
Terurai menorah duka
Usangnya jiwaku turut mendukung
Pun telaga harapan jadi kering
Ditimba emosi egoisme
Nadir terbang dibawa angin
Tak kuasa aku menahannnya
Tak kuat aku mengenggamnya
(sembari hati memohon)
19/10/2011
Sempat Berlari
Berlari…
Mengangkat muka menatap asa
Menyernitkan dahi tanda tak siap
Tegang berusaha tergaris sudah
Mengucuri wajah elok
Dalam sebuah harapan
Berlari….
Tapak-tapak tak berbentuk cepat
Menyisahkan naluri bertahan
Tegar kuat mendaki
Saat tak mampu lagi
Berlari…
Kian beringas mencari takdir
Untaian nafsu bertaburan
Menginjak…mengisi pelan penuh tanya
Inikah arti hidup??
Dimakan gelora nafsu yang kian kilat
1/11/2011
Rasa Tidur
Terus merayu mata yang sudah lemah
Yang menutup kelopak
Seiring berpindah alam
Meretas bangkit dan bangun
Membakar kemelut hati
Bertahan namun tak sanngup
Terjerat godaannya yang selalu membelai
Membawa jiwa ke alam sana
2/11/11
Untuk Tetap Hidup
Mengejar tujuan jauh disana…
Menunggu kami tetap tiba dan sampai
Beragam jiwa melantunkan nada
Gembira bahwa kami pun bisa
Bentara hidup kian terasa
Mengalun begitu cepat yang merekah
Pun membahana dalam syair ria
Melawan nikmat yang hanya sesaat ada
Inilah kami..tetap berdiri di dalam
Bersembunyi namun tetap dihormati
Terlepas dan dicintai dunia!
3/11/11
Duka di Ufuk Senja
Terkenang pada masa lampau
Hidup yang tampak galau
Yang sempat layu
Dosa insan yang bau
Kau didera tuk menghalau
Palang hina tempatmu…
Arek-arek itu mengelilingi-Nya
Menuntun berdandankan kebejatan
Kelaliman mengitarinya dengan mesra
Saat dunia ingin menangis peluh
Teriring kembang flamboyan pun gugur
Derai mata yang tak malu datang
Menatap tubuh rapuh dibalut selempengan kotoran
Melepuh di sekujur tubuh
Terpampang kisah penuh pilu
Tragis memang…
Melalang duka kian kuat
Pun mulut tak berhenti berucap
Salibkan Dia… Salibkan Dia!!
Mengantar amukan dunia yang penuh makian
Kerikil tajam menjadi saksi tanya
Cadas pun ikut bergeming
Tak perlu hidup yang baik
Raja siang tak lagi kuat bersinar
Ingin menyembah-Nya pula
Dihadapan singgasana duka
Golgota…
Ronamu berbekas merah kemilauan
Bercampur dengan debu mengepul
Meletup meracik nada emosi
Berbekas pada tapak-tapak bengis
Melantunkan pada puncak nyanyian dosa
Memeluk tubuh bersimbah darah mendidih
Mengelas niat yang tak luntur
Yang menjerit atas kelaliman penguasa
Tertetak pada bulu paku yang enggan bercerita
Bilur pun mulai merengek
Menuntut perak itu
Naif tirai kepalsuan yang terbuka…
Serak suara menggoda tawa..
Membingkis cemoohan..
Terpekur dalam ketakberdayaan
Saat awan kumulus mengawal pergi
Lolongan bertaubat benci pun bersahut-sahut
Saat raga lemah tak kuat melawan
Saat perih mulai menangis
Dengan hati tersayat teriris
Pada jiwa yang berlagak sadis
Bermuka iblis…
Riuh pun tak mau menepi
Pada tempat yang sepi
Muslihat datang menanti
Untuk sebuah kematian suri
Meski sang waktu tak mau berhenti
Yang terurai pada bayang semu..
Bergurau pada cinta lama yang pernah pudar
Bertahan dalam kubangan olokan
Dijarah oleh maut
Terekam jejak pahit yang tak mau hilang
Basi menghimpit bumi
Menelanjang rupa-Mu
Melucuti cinta-Mu
Didekap perak berumur muda
Bukan sekedar mengemis cinta
Bukan menggenggam mawar pada seutas harapan
Yang enggan bertanya ..
Cinta yang bersemi, bermekaran
Menetas kesejukan berirama kasih
Mengisi kekeringan dengan air suka
Mengalun syahdu…
Tuk tebus yang tak tahu diri…
Cinta tak seperti embun yang melekat pada dinding jendela
Yang menguap terkena bias mentari
Palang hina tertancap sudah
Menjulang nyata atas bukit kala
Memberi aura simfoni pada pelupuk senja
Seraya merekah pada Kuasa-Nya…
Terbingkai dalam memori CINTA
Camkanlah…Ingatlah…Tentang AKU!
04/03/2012
Dia Ada
Tuhan…
Sudikah engkau mengecup keningku
Saat aku masih punya setitik keringat
Biar kutahu Engkau masih mencintaiku…
06//11/12
Debu yang Berbicara
Dari debu yang melekat ini..
Sudah kotor tubuhku…menjijikkan!
Meramu senyum benci yang ikut tertawa
Mencampakkan raga layu ini
Dari debu yang melekat ini…
Yang kau taburkan dengan mesra
Mengatakan aku layak mati
Yang kau berikan dengan cuma-cuma
Meski aku menolaknya
Dari debu yang melekat ini…
Mengawali terakan hidup
Menemani lolongan yang merayap jauh
Mengintip diriku yang berharap kaku
Jangan memangsaku lagi!!
Dari debu yang melekat ini..
Melihatmu puas ratapanku kini
Ranyum membusuk hatimu yang kulihat
Akhiri hidupku saja!!
06/11/12
Kalah
Tuhan…
Ada titipan harapan dari hati berduka
Lelah mengemis di tepi cemoohan jurang itu
Mengapa senyummu Kau lekatkan pada bibir mereka
Sakit terasa melihat-Mu kini
Beri kami hidup!
8//11/12
Sumpah Sejati
Kami butuh sumpah…
Berlari mengejar mimpi yang lalu ada
Tak usang merekam jejak indah
Atas nama sumpah yang tertatih
Entah kapan terpenuhi nanti
Tolonglah jiwa-jiwa yang meratap
Butuh sumpahmu!
Kami tak butuh sampah…
Berserakan karena dosamu kaku
Muak karena nyaring suaramu
Tertidur bau yang segera bangkit
Pada tetesan darah yang menangis
Tanya pada dirimu kini
Candamu hanya dosa berdentang
Memangggil ‘tuk masuk nerak
Tak takut panas, katamu dulu
Karena sampahmu mudah terbakar
Hingga menjadi abu yang melayang
Kau katakan sumpah pada dunia
Berdiri menggendongnya, tak sulit bagimu…
Saat kalah kau buang!
Ingat, kami butuh sumpah
Yang takkan menjadi sampah!
28//10/12
Agama Kita
Mengapa harus ada kekerasan…
Tak ada niat tuk bersatu
Mungkin karena diri yang kaku
Selalu tak pasti menunggu waktu
Yang tak ingin masuk pada pintu
Janganlah selalu risau
Apalagi memegang pisau!!
Karena akan membekas bau
Tak seperti orang rantau
Yang membela agamamu
Harus dibalas dengan damai
Agar tampak hidup santai
Kamu yang mengajarkan mencintai
Meski lawan selalu mengintai
Yang merobek kasih teruntai
Memang terasa pedas
Saat semuanya was-was
Tak muncul yang ganas
Pun hati jangan ikut panas
Kita hidup untuk bersatu dalam damai
Jangan ada risau untuk silau
Mengapa harus ada kekerasan?
Katamu…kamu adalah agama
“Aku penjaga manusia”!!!
08/10/12
Melawan Dia
Mana keadilan…
Diri dirajam dengan murah
Tak ada untung..tak adil, begitu katanya
Mana nasehatmu..hanya sebatas gumaman?
Mengapa harus ada dia…
Dia yang selalu melawan adamu…
Kata mereka kamu baik
Aneh..atau karena sudah capeh, mungkin
Yang mereka kenal, tak ada lelah ragamu
Tentu angkuh bukan ajaranmu
Lalu.. Mengapa harus ada dia?
Mungkin bulan malu-malu datang
Karena engkau lebih memilih cahaya surya..
Yang kadang baik, kadang tak baik..
Seakan hidup terasa ganas..
Dibalut kata yang semakin panas..
Kekerasan..itulah dia.. Agama yang keras
Inikah pertanda hilangmu
Terombang oleh kemunafikan
Berharap cinta tak lekas usai
Yang tak berlari dari hadapanmu
Karena kita semua tetap berdiri..
Melawannya!
02/10/12
Retak
Yang sudah retak
Mudah untuk hancur
Hanya membentuk kepingan
Tanpa tajam!
Tak semuanya indah
Pada angan dibawanya kabur
Seolah sudah lelah
Belalah hak adanya!
Kapan ada kebaikan?
Yang selalu diajari
Meski tak pernah diikuti
Sudah salah jalan
Kata mereka..ini aneh
Rapuh sudah membentang
Ingin sendu pada menang
Tak ada sunyi
Berharap tak ada lagi hari esok…
11/10/12
Dosa Kemarin
Pada senja yang mengemis kemarin
Kutukan yang mungkin akan terjadi
Pada diri berdosa…mungkin sudah salah jalan
Darah bergeming karena ingin bebas
Enggan memencar karena malu
Sudah salah jalan pada mereka
Salah arah tak pasti
Hampa tertancap pada jalan ini
Kata mereka: engkau sudah tak layak lagi
Sekarang..
Di saat pagi mulai beranjak pelan
Masih ada bekas dosa kemarin
Yang urung pergi secepatnya
Karena ia akan terus melekat
Seraya menaruh benci bila ditinggal pergi
Inikah pengorbanan yang sudah salah jalan??
9/10/12
Cangkir Kasih
Seperti cangkir…
Menampung manisnya suka hidup
Meski tertutup pahitnya sedih
Ada pegangan pada raga lemah
Bahwa takkan ada kata jatuh
Mungkin sudah retak bagimu
Yang kala melukaimu
Tapi…
Kita bersaudara… Turut merasakan keduanya!
Seperti cangkir…
Saat tak berisi asa
Dibuang layak tak tentu
Mengukir cerita lama yang sudah usang
Kita tak pantas bersuara seperti ini
Seperti cangkir…
Mudah retak karena sudah tak mampu berbuat
Pun muak tuk melanjutkannya.. Ia sakit terjatuh
Tapi tak ada kisah itu buat kita kini…
Kasih…
Kujadikan cangkir ini sebagai kisah kita
Tanda semuanya belum usai…
Ia masih ada diantara kita
Bagiku..cangkir ini adalah hidupku
Karena engkau selalu ada bagiku…
Cangkir, untukmu kami selalu berharap!
9/10/12
Aku dan Dia
Saat aku tak punya, Dia selalu memberiku yang terbaik
Saat aku jatuh, kutahu Dia yang menggendongku
Saat aku tertawa puas, “nanti kuambil”, katanya
Saat aku sedih, “nanti dulu”, menyadarkanku
Saat aku letih, “ini, seteguk air cukup untukmu”
Tetapi…
Saat aku lemah,”dimanakah Engkau?”
Saat aku sedih, “cepat tolonglah aku!!”
Saat aku tertawa puas,”ini yang kuharapkan”
Saat aku jatuh,”mengapa harus diriku”
Saat aku tak punya,”mengapa bukan mereka”
Dalam hati, kusujud,”maafkan aku Tuhan”.
25/09/12
Pilu
Langkah menatap pilu
Mengalun merangkai sendu
Kabut pekat menyelimuti
Sembari memohon peluh
Utopia dibawa pergi
Direbut mimpi sejumput…
02/03/11
Tentang Harapan
Mimpi malu-malu pergi
Tak sanggup menggoda lagi
Meski malam telah dilahap
Hidup akan selalu siap
Gelora mulai lelah
Yang punya banyak salah
Karena sudah tak mampu
Duka pun tak dapat disapu
Cucuran sudah menyatu
Pada hari berhembus waktu
Masih punya harapan
Untuk raga masa depan
04/05/12
Perih!
Hari ini…
Kau lukiskan kisah baru
Menghapus duka bersatu
Atas nama cinta kita
Kemarin…
Kau bawa simpul senyum manisku
Senyum yang menjadi milik kita kala
Senyum pertanda dunia terasa kecil
Meski pada akhirnya berakhir derai mata
Hari ini..
Kucoba mengingatnya kembali
Meski senyummu masih melekat
Pertanda kumasih sayang padamu
Separuh jiwaku kau bawa pergi
Kau letakkan di luar hatimu
Mungkin tak boleh masuk lagi
Karena kutahu tak bisa kurangkai lagi…
Kemarin…
Masih ada sapaan manismu
Masih ada belaian mesramu
Meski kau bawa semuanya
Siang, masih ada semuanya
Tak sadarkah engkau?
Malam ini tak berbekas lagi… Perih!
8/10/12
Dilema Cinta
Janjimu dimakan waktu
Egomu menelan asa bersatu
Lewat impian berbalut cinta
Rayuanmu hanya muslihat semata
Memang terasa pedas
Saat kau merasa puas
Melihat jiwaku mengemis
Terukir hati sepi teriris
Jiwaku memoles harapan
Menunggu sebuah jawaban
Semuanya tak berarti
Membuatku harus menanti
Mimpi memeluk jejak
Terbingkai naluri pembajak
Tirai kepalsuan terbuka
Menebarkan cinta terluka
Untukmu, penghuni jiwa kelam ini…
03/03/12
Prolog
Embun menyapa bumi
Mentari tak kunjung menyinari
Pagi menggusurnya pergi
Raga tak terkulai
Saat semuanya dimulai
Di awal pagi ini
04/03/12
Hari Ini
Pagi..
Membentangkan harapan
Meski masih mengantuk
Agar terus berjalan
Hati-hati tak terantuk
Siang..
Separuh raga telah terbang
Nafas yang kian terengah-engah
Meski berbuat yang berbalut karang
Untuk tetap berbagi kisah
Malam..
Terasa beban terasa berat
Masih pula ada yang lupa
Tak ingin ada yang mencegat
Masih ingin esok terus menyapa..
21/03/11
Pilu
Langkah menatap pilu
Mengalun merangkai sendu
Kabut pekat menyelimuti
Sembari memohon peluh
Utopia dibawa pergi
Direbut mimpi sejumput…
02/03/11
Ratapan Kami
Telaga harapan terasa hampa
Ditimba dibawa egoisme semata
Saat dunia tertawa melihat kami
Hati kami tersayat duri
Menorehkan asa yang mulai redup
Mengais suka tak didapat
Bingar terdengar di ujung sana
Melalang menghantui jiwa kami
Menukikkan hati berpoleskan hasrat mati
Ratapan ikut mengerudungi
Tak terdengar sayup bahagia
Maut menunggu kami
Terus menyapa, merayu bersamanya
Entah apa yang terjadi
Saat suara kami dibisukan
Terkulai saat diri merayap
Sendiri..
Berdekut memeluk nyawa gelap
Tertetak sampai mati
Kami mencecit kegelisahan
Merana…
Rona pun terus mengeluh
Mengerang meminta pada Sang Khalik
Akhiri hidup ini saja
Pada batas usia senja!
Tak berguna gelar kami!
03/03/12
Malam Kudus
Hembusan angin memeluk jiwa
Sunyi mengerudunginya
Terpantul hati ingin menyapa
Saat pekatnya memanggil-manggil
Berkanjang dalam ria
Terdengar sayup-sayup membahana
Belaian mesra kini nyata
Menghapus laska harapan terukir
Menggoreskan nadir penuh asa
Menidurkan senyap agar tak bangun
Seraya menunjuk terang di bintang itu
Bau sengat mengerudunginya
Sederhana nan megah terpesona
Beralaskan palungan cinta mesra
Berdandankan kasih sampai akhir
Hembusan kasih memeluk jiwa
Tak ragu melihatnya
Membelai insan
Lantas…
Siapkah hati kita
Di Malam Kudus ini?
Hanya gempita menyambut-Nya?
24/12/2011
Bintang
Lihat itulah dia…
Menangguk kebesaran nama-Nya
Diikat oleh tangan-Nya
Ditempatkan seolah dipaku erat
Merana..
Sendiri…
Berdiri dalam panaroma alam
Disoraki teman-temannya
Diiringi kidung semesta luar
Berkilau benderang dipikulnya
Itulah dia…
Tataplah ia selagi ia masih di sana!
24/12/2011
Tetap Kuat
Pada awal harapan ini
Kurangkaikan kata bermakna
Bukan tak berarti
Bukan hal yang fana
Saat semuanya telah layu
Ditelan usangnya sang waktu
Saat aku terus dirayu
Saat aku melangkah sayu
Pada awal harapan ini
Kubulatkan tekad
Mengais rejeki berkalungkan nasib
Tak menentu berjalan
Dalam lembaran mimpi untuk bisa direbut….
12/12/2011
Cinta Yang Pergi
Kemanakah engkau cinta
Saat semua insan ingin bersemayam di balik kisahmu
Saat tangan-tangan kuat saling terikat erat
Saat kaki-kaki masih dapat berlangkah
Dengarlah teriakan duka disana
Menjerit memaku diri
Sudah cukupkah engkau ada
Pergi tak berbekas…
Kembalilah bersama nyawa kami!
18/1/2012
Ia Telah Pergi
Kawan..
Tak ada lagi cerita manis yang akan kita rajut lagi
Tak ada senyumanmu lagi
Dibawa pergi melawan waktu yang perlahan berhenti
Pada kisah kita dahulu dan kini
Kawan..
Sudikah engkau berdendang lagi
Kan kudengar untuk kurekam
Kan kutulis syair lagumu pada buku kita
Bahwa kisah kita tak pernah berakhir
Kawan…
Jalan kita berbeda…
Takkan ada yang berbeda di antara kita
Bersama kita arungi jalan ini!
26/1/2012
Maaf
Tak banyak kata tuk mencintainya
Tak banyak waktu tuk menjalaninya
Raga pemisah menjadi pertanda putus
Kukorbankan kebebasanku tak hanya untuknya
Bahkan malu-malu menjamahku..
Pupus sudah harapanmu
Terlena pada buaian semata
Mengingkarinya dengan ria
Meski gundah datang tanpa diundang
Terbelah pada ketakutan akan cinta palsu
Sudikah kita pulih
Ditengah hantaman gelombang takdir
Dan dentuman sayup duka terus terdengar
28/1/2012
Berlari
Berlarilah pada jalan itu..
Teruslah berlari
Semuanya unya tujuan
Terimalah dan angkatlah muka!
Sandarlah pada kakimu…
Sudahkah ia kuat dan terus berlari….
29/01/2012
Tangan yang Erat
Tangan-tangan terangkai membusur
Membentuk jalinan harapan
Menyebarkan ego yang berbau miris
Meski tak saling kenal
Kata hati yang berkata kemudian
Mari dan melambaikan satu!
Tangan-tangan seperti sayap
Mengepakkan rasa bersama
Terbang mencari tangan lain meski tak kuat lagi
Ada cerita saat rapuh genggaman yang erat tadi
Yang bersembunyi pada jemari kaku
13/02/2012
Tertawa
Tertawalah
Luapan hati mengalahkan senyuman
Bukan pada emosi semata
Tak ada batas
Sampai engkau puas
14/2/2012
Dia Sudah Kalah
Gundah menerpa wajah ini
Saat kaki-kaki mulai enggan merangkak lagi
Saat kepala tak cukup menengadah
Tubuh terkulai rapu saat merayap
Dimanakah kekuatan itu??
Kekuasaan pun mengenggamnya erat
Ditambal lewat kepingan-kepingan nafsu
Tak ada yang dapat dirubah
Janji dibawannya pergi menjauh
Pun mengelana di alam sana
Menguap di tengah karatnya kursimu
Kembali tentu tak tak mungkin
Yang ingin mendepak hati pertiwi
Dimanakah keadilan??
Saat mata mulai rabun damai
Kami ditinggal pergi bujangan
Direngkuh amarah bertaubat pembajak
Ah…sudahkah keadilah dibunuh tanpa ada pengakuan dosa???
14/02/2012
Hilang Bersama Senja
Kisah itu berakhir di pembatas gelap dan terang
Meninggalkan kisah bermemori kelam yang harus berakhir
Saat bulan ingin menutup tawa siang
Menebarkan bahwa ia sudah ada dalam kegelapan
Disana ia berujar terus
Karena ia hanya mengolok
Pada sosok yang terpaku
Tak percaya ia tlah dikhianati
Matanya ayu bahwa ia telah menang
Dimanakah janji itu..
Hilang saat usia mulai senja…
21/2/2012
Mendung
Mendung….
Katakan padanya…
Aku tetap cerah tuk mencintanya…
28/12/2012
Mama
Mama..
Kata yang takkan rapuh oleh zaman
Waktu pun menjaganya
Dunia tak sanggup membalas cintamu
Kau mengajari tuk mencinta
Untuk menggapai surga di bawah telapak kakimu…
14/3/12
Yang Tak Terdengar
Satu rintihan, satu duka
Menanti dibawah payung kesetiaan
Karena hujan kelaliman tak pernah berhenti
Mengguyur lepas penuh pada ikhtiar baik
Mungkin mereka lupa pada asalnya
Satu rintihan
Beban tak kunjung pergi
Yang dirayu oleh nasib itu
Saat harta berbicara banyak
Satu duka,
Berteriak tak ada guna
Tak didengar rintihan ini
16/3/2012
Itu Tanah Kami
Tanah itu..
Saksi pertanda kami ada
Bukan untuk siapa..
Untuk kami
Dari kami…
Milik kami
Kelahiran kami berada di dalamnya
Tanah itu…
Pusaka yang kami jaga hingga mati
Tak ada cemas karena dia milik kami
Yang memberi kami hidup
Untuk kami terus ada bersamanya
Tanah itu…
Perintis jalan yang sarat provokasi
Mungkin tak akan direbut lagi hingga darah kotor menjadi saksi
Tak ada lagi yang menangis melihatnya!
20/3/2012
Selagi Masih Ada
Selagi masih ada…
Kubulatkan tekad untuk terus berjuang
Membungkus jiwa berani agar tetap kuat
Membuang waktu yang tak tetap
Sambil menanti dini…
Selagi masih ada….
Jiwa tak ingin pergi jauh
Raga ikut bergeming bekerja
Kesempatan tak datang dua kali
Meski hidup hanya satu kali
20/3/2012
Satu Adat
Terbalut dalam satu adat
Bahasa ikut menyatukan beragam kata
Cukup untuk membatu pada pahatan itu
Membahana “gendang” bersahutan
Meniti mengais pada harkat
Mengggulung nadi hawa baru
Dalam dekapan Congka Sae
Wae Mokel bertabuh di ufuk timur
Melambai Selat Sape ‘tuk tetap bersatu
Bukan memetas pada yang hilang
Merebut apa yang mesti dimiliki
Memeluk senja dingin memeluk kopi pahit
Serasa terus bersama meski harus pergi
Entah mengapa ia menjerit
Tak cukup kuat melepas suka yang sudah lama di genggam
Tak puaskah derita mengekor entah….
Kisah mendendam pilu
Membekas… Menjejaki tanah Nuca Lale
21/3/2012
Hujan
Ia kembali menjenguk ….
Meski kedatangannya sedikit menutup kesalahannya
Entah ada senang dan sedih
Ia bertahan lama
Atau..
Hanya sekadar melihat ukiran senyuman palsu ini..
26/03/2012
Kesetiaan
Entah mengapa,
tiba-tiba angin bertanya pada daun bermuka retak itu,
“Manakah yang lebih baik, mencintai atau menghargai?”
Daun pun menjawab,” Aku tak tahu.
Tanyakan pada tanah basah itu yang selalu ditiduri tapi tak pernah marah.”
3/5/2012
Mereka Punya Mimpi
Mereka punya mimpi…
Saat berlaksa niat meletup
Merangkul benih kembang misi
Melantunkan pujangga panggilan
Sembari bertekuk memoles hati
Mengatup tangan pada Khalik
Dalam ribuan kasih terukir harap
Tuk merobek duka pilu
Dalam remang menabur kasih
Berkelana…
Membawa sejumput cita
Mereka punya mimpi
Meski peluh membungkus jalan itu
Debu membelai drama panjang itu
Yang usang tak miris pergi
Saat mereka terus berlari
Tak ada kata lemah
Lelah pun malu-malu hilang
Saat kisah dikecup damai
Asa pun lenggang merangkul nadi
Menggenggam binar tawa meriah
Mereka punya mimpi…
Pergi berselubungkan imamat
Tak pupus saat mulai bimbang
Tak layu dimakan bertubi cobaan
Saat hawa lain mulai merengek
Niat terus merangkak pelan
Mereka punya mimpi..
Saat ini.. Disini.. Sudah terjawab!
Dipeluk putih menyilang
Masih menunggu fajar syair kisah nanti
Dalam memori baru..
14/4/2012
Aura Cita
Di aura sepiku ini…
Engkau hadir membawa harapan:
Ada cita di tempatmu ini…
6/5/2012
Kisah di Akhir Cinta
Di akhir ceritamu..
Kau gariskan jejak bertabur cita
Dalamnya kau beri rasa
Karena kita saling menabur cinta
Di akhir tawamu….
Kau simpulkan sukamu dalam cangkir itu
Saat sore menyapa serabut mimpi kita….
Di akhir mimpimu…
Kau harapkan apa yang kau inginkan
Meski semuanya kadang tak adil…
Di akhir semuanya..
Hanya ada jiwa kita…
8/5/2012
Tetap Mampu
Kemarin ia datang…
Kemarin ia pergi,,
Kemarin pula ia mati…
Kemarin ia bagaikan mimpi
Yang tak akan pernah kembali
Kemarin ia bagaikan hujan
Yang tak akan kembali ke asalnya
Kemarin ia bagaikan air
Yang tak akan pernah kembali ke hulu
Sekarang ia berdiri…
Dalam jejak berkatung asa
Bernostalgia dalam suka
Untuk esok lebih baik…
17/12/2010
Ia Tetap Ada
Terbentang kisah di permadani langit
Mengukir kisah di ujung nadir
Melewati beribu asa
Mencari arti hidup
Berkelana di padang imamat
Bertabur bintang cita berbalut perak
Menggapai murni hati
Lika-liku nan pedas tergores
Merangkai tapak jari lelah
Mengurai jejak firdaus
Pun sarat kerikil berduri…
Sayup-sayup kekhalisan terdengar
Melambai-lambai di usia senja
Ada kisah pilu disana
Menuntaskan drama hidup
Simfoni bergema indah
Menembusi kesepian Rita
Mengalun nada di cakrawala
Mengukir nama Emanuel…
6/9/2011
Lelap
Terlelap pada pagi ini..
Seraya memohon ‘tuk pulang
Melihat kawanan tawa disampingku
Membuatku menahan ragu tuk malu
Terlelap pada pagi ini..
Karena ada tawa malam tadi
Mata terus memaksaku
Tak ada niat untuk melanjutkanna
Terlelap pada pagi ini
Ada salah mendera
Ada rindu untuk bangun
Namun..
Sudah ada kata “terlanjur”
21/5/2012
Masih Ada
Mengangkat tangan bersama angin
Seraya meminta tuk bersamanya
Sudah tak berucap pergi..
Melambai…
Ada disana!
Ada selembar harapan
Yang bisa kita tulis
Tentang kisah dunia yang ikut bergeming
Yang memaksa kita tuk selalu merangkulnya…
24/8/2012
Kami yang Berlari
Biarkan kami tetap pergi
Tak mau berhenti berlari
Sekarang saat untuk memulai
Dengan hati penuh damai
Karena kami punya harapan tinggi
Meski keringat ini terus berderai
Melawan duka dengan santai
Agar tak menyapa lalai
Disini kami tetap berdiri seraya berlari….
28/8/2012
Tentang Kita
Kisahkanlah duniaku
Agar dunia tahu siapa diriku
Kisahkanlah duniamu
Agar dunia dapat mengenalmu
Kisakanlah dunia mereka
Agar dunia dapat mencintai mereka
Karena jiwa-jiwa takkan rapuh
Saat genggaman sudah kuat
Pada tapak bergambar kita
Meski kita berbeda rasa
Tetap bernaung dalam wajah dunia
29/8/2012
Hilang Lagi
Satu kisah hilang..
Candanya tlah hilang
Mencari angan yang lebih pantas
Bukan suka yang didapat…
Bebas!
Itu pilihan berkaca hati
Melepas cerita kini…
Kawan..
Kisah kita tak selalu sama
Ada yang pergi…
Kisah kita berajkhir malam ini
Saat kita harus lebih siap
Perlahan meraih impian kita yang berbeda
Tak disesalkan sesaat
Pada waktu yang murung pergi
Baik untuk kita
10/9/2012
Cinta Ini
Bukan jiwa ini yang mengatakan cinta
Tetapi hati iniyang sudah mengatakannya dahulu
Kalau aku pantas untuk mencintaimu
Bukan raga yang menyakinkanku
Tapi batin ini yang menyuruhku
Kalau aku harus mencintaimu
Karena selalu ada rasa ini
Selalu terbayang dalam hiduo ini
Tuk mencintaimu…
13/9/2012
Untuk Hidup
Kamu jatuh…
Jatuh kering…
Aku pungut
Aku bakar…
Tak lama kita bersama
Kamu gugur tanda telah siap
Menjadi ati untuk hidup
Telah memberi warna
Bersama yang lain
15/9/2012
Yang Terlupakan
Ombak tertawa melihatku
Tak berani menyapanya
Membawanya.. Tak lelah menenggukknya
Mungkin tak seperti pasir
Yang selalu membentuk kasih
Lewat bulirnya yang indah
Kesana kemari kuberjalan
Di senja yang mulai rapuh
Dibayangi untuk melihat rona tuanya
Menyusuri pasir –tak bersalah-
Seakan ia jauh dariku
Tak mengapa diri ini lugu
Mungkin lain kali…
16/9/12
Terulang Kembali
Sudah ada cerita lama
Yang kembali terulang
Ketika aku butuh panutan
Untuk kisah panjang ini
Bukan rahasia lagi kisah tadi
Semuanya berakhir dengan cerita akhir
Memang sudah jalan mereka
Yang mesti kupikir lagi
Yang kembali terjadi…
17/9/2012
Kata yang Salah
Salah kata terucap
Pada bibir menutup canda
Yang selalu tertawa meringis
Bukan itu…
Mungkin sudah berakhir
Cerita kita yang panjang
Tak menghiasi hari kita lagi
Ada hampa disini
Menemaniku yang berharap lebih
Sekaan dunia sudah mati
Hanya kata yang terucap
Rasa ini telah gugur
Sungguh sial… Sesal penuh gundah
Berharap mereka kembali, para bidadariku…
18/9/2012
Hati yang Berkata
Pada bingkisan rindu
Kuucapkan selumat kasih berpita mesra
Masiha ada hati untuknya yang kugambar polos
Di pagi ini…
Mungkin ada coretan pada hati
Tergores menodai munajat cinta
Seakan ikut tersenyum
Untuk tulisan bergambar hati
Tak tetahankan rindu ini
Tak mampu kuungkapakn kini
Selalu terbayang wajahmu
Meski kita tak pernah tersenyum saat melihat
Merangkul pusaran waktu agar berlari cepat
Ada setetes rindu
Melegakan harapatn untuk bersama selamanya
21/9/2012
Yang Kucintai
Tuhan..
Dalam sujudku penuh harap
Berbakti penuh syukurku
Berada di jalan ini..
Ada suka yang menggendongku
Yang mengusik dukaku
Ada duka yang meramu sukaku
Masih ada di jalan ini..
Itu sudah, cukup bagiku
Meski kadang aku menentang-Mu
Engkau tetap mengasihiku
Engkau ada dan hadir dalam diri yang lain
Meski kusalah pada mereka
Salahkah aku Tuhan??
Jatuh aku pada deritaku
Susah kubangkit berdiri
Kutahu cintamu begitu kuat
Memeluk erat diriku
Katakanlah kepada mereka..
Aku lebih mencintai-Mu..
24/9/2012
Cinta Buram
Puaskah kamu melihatku kini
Terlena tak bertepi di depanmu
Senyum menggunuung bengis dihatimu
Amu membenciku, itu pasti..
Terlalu lebih aku berharap
Kisah yang sudah usang
Yang mesti kita buang
Agar aku tak menjadi kotor
Beri aku waktu sesaat
‘tuk kembali mengenalmu dulu
‘tuk darah menjadi saksi
Antara yang hidup dan yang mati
Tidak untuk seperti kini
Senyumku bukan untuk janjiku
Hanya kata yang terucap
Agar semuanya kembali terulang
Bencilah aku….
Agar kutahu kamu masih mencintaiku
Agar kamu tahu aku masih mengharapkanmu!
24/9/2012
Kita Tetap Satu
Tuhan… Mengapa harus secepat ini
Bintang malam ini mengingatkanku
Pada sosok kuat berjiwa penakluk
Yang sudah lahir lagi di alam sana
Pergi dan tak kembali pulang..
Kata satu bintang seolah mendekapku
Satu diantara insan berkalung kasih
Yang setia menjaga malam
Malam berkabut gelap, tandanya..
Agar tak kecapaian melawannya
Kawan….
Kau tinggalkan luka mendalam
Dari yang yang terdalam
Meski kita terlahir dari dunia kelam
Tapi tak sampai dendam
Kau lukiskan kisahmu penuh arti
Seolah semuanya sudah mengerti
Tentang hidup dan derita ini
Yang kita rajut disini
Tapi..kau tak ada lagi kini..
Mungkin mimpinu telah kau raih
Tak sebesar menurut kami
Adalah tanda kasih darimu
Sedikit waktu bersamamu..
Semuanya hanya terkenang
Dalam curahan bintang terang
Yang selalu menjaga malam
Dari hati yang terdalam
Selamat jalan kawan…
26/9/2012
Yang Terbaik
Jalan ini masih panjang
Saat harus dimulai lagi
Sesaat tak ada waktu untuk diam
Bergerak!
Meraih, tidak mudah!
Jalan ini masih panjang
Ada suka dan duka menanti
Yang siap dibelai
Lembut!
Jalan ini masih panjang
Mereka pun bangga
Yang mencintai semua orang
Bukan satu orang saja
Jarang ada yang punya…
Jalan ini masih panjang
Ada bahagia menunggu
Yang selalu merindu langkah sayu
Pasti!
Ini yang terbaik dari yang terbaik
Antara sekujur tubuh dan perjuangan
Ada derai mata
Yang mengalir
Derai pertanda masih bisa
Saat raga mulai lelah
Tak ada sedikit pun jua yang membantu
Mereka pun tahu dimana letak harta itu
Carilah! Pinta mereka
27/9/2012
Cinta Terdalam
Sejak kumenemukanmu kala itu..
Dunia ikut begembira puas
Melihatku bahagia penuh pesona
Di balik senyumnya
Sejak kumenemukanmu.
Dunia juga merasa iri
Karena cintaku padanya berkurang
Perhatian pada yang lain
Sekarang…
Kau meninggalkanku sendiri
Membiarkanku merana berdiri
Menatap kisah lalu yang penuh arti
Sekarang….
Tak ada lagi candamu
Senyummu ikut terbang kesana
Ternyata dunia kita berbeda…
Coba kau tanyakan pada dunia…
Apa yang ia rasakan sekarang..
Mungkin “aku akan pergi” jawabnya..
27/9/12
Pintu Maaf
Nada hidup terukir pada kata-kata
Berbaris menuju pintu maaf
Yang sedang menunggu: berubah
Pada jalan yang salah..
Tuhan, ampuni kami…
Pada raga yang bisu
Dunia hampa dihadapannya
Berbulir dosa mengandung malu
Bukan pada tempat yang layak
Melantunkan pujian berujung hinaan
Seraya ikut menyalibkan-Nya
Petuah tak luput mencecar
Enggan mendengar muakan langkah
Yang sudah salah jejak
Tak pantas untuk dilihat
Karena seorang pun tak tahu
Dibumi mana ia berada
Hingga ia harus bertobat!!
Selalu ada niat tuk mencintai
Tak kenal aral meski punya mimpi
Yang sudah salah jejak…
Tuhan…
Pintu maafmu berharap terus terbuka
Terimalah sesal ini..
27/9/2012
Pengakuan Dosa
Doa..
Pada diri rapuh
Sembari mencari hidup diatas sana
Mengembara sambil dipegang
Ditentukan penuh rasa..
Syukur, maaf, memohon bercampur
Dalam satu sembah suci
Kepada Ilahi… itu Tuhan, lihatlah!
Ekaristi..
Ada sembah…ada sabda.. Ada roti kecil
Berkumpul, bernyanyi
Kasih terajut bahwa Ia hadir
Bukan sekadar ramai..tak ada bekas
Berkaca pada lembaran lalu…digodok..
Ia puncak segalanya..
Kitab Suci..
Bukan mereka..ada lidah api tertancap
Tuhan ada didalamnya..
Deretan kata menjalin nasihat
Beri ia tempat
Dalam hati
Tidak hanya asal omong
Berani bertindak…saksi atas drama cinta…
27/9/2012
Ia Masih Ada
Suka tak bertepi mengemis
Meminta padanya agar berisik sejenak
Dalam memori berdingin itu
Menari dibalik gunung
Bertabut kemilau asa
Nan di paku pada tiang puncak itu
Mungkin tak terbayangkan
Saat semarak mulai bertabuh
Dalam balutan selembar abad
Membisikkan pada tawa manisnya insan
Mengelus pada retaknya yang seakan pudar
Saat gerimis membasuh raganya
Mengabarkan ia masih ada
Secarik nada enggan diam
Meneteskan peluh penuh cita
Berdandankan sisa waktu yang beranjak pergi
Kau ceritakan pada mereka
Ada satu cinta tuk dieja
Membelai kasih yang dijaja
Melepas pekat diusia senja
Merangkai hati manja
Pun menyembah pada satu Raja
Dibalut dalam aura Gereja
Sayup merobek pilu berduka
Tak menjala duka lain
Tuk mengukir kisah di hari baru
Ia masih ada…
30/3/2012
Satu Tanah
Raga kuat terkena cambukan caci
Karena hati bertabur alam penuh damai
Sejuk dengan secangkir kopi panas
Dibalik rintik-rintik basah menyapa
Kau tertahta dalam balutan lodok
Tertata pula dibalik Mandosawu
Menemani hawa Rana Mese
Berkalung kicauan sangkar Ine Mbele
Meski tambang merusak tampanmu
Kau lahir saat komodo berdendang
Bahwa Liang Bua ikut melantunkan tanah dise Ema
Meski jejak Buntal kau ikat pada pinggangmu
Enggan melepas seperti saat Motang rua
Kau beri mereka kompiang
Bongkar pun kau beri tempat
Saat tatapan Golo Curu meramaikan pagi
Mengingatkan nana dan enu
Tuk segera pulang
Mengelus pusaran damai bunga Nuca Lale
Kau ada..
Karena ada aku, dia, dan mereka yang menjadi kita
Terlahir dari satu tanah…
30/3/2012
Teruntuk Dia
Wajah-wajah saling memandang
Mengajak tangan tuk terus berjabat
Dalam lembaran yang mulain Nampak
Tak lusuh… tak ada gores
Pertanda semuanya baru
Untuk satu cinta
Wajah-wajah saling memandang
Diterpa angin mata tuk bersama
Karena semuanya sama
Tak berbeda
Inikah namanya cinta??
Lepas beban kala berumur
Tak mudah menggenggam abad
Mana yang terbaik, mereka kejar
Letakkan nyawa, roh tetap ada
Untuk satu cinta..
Ini kata hati yang tersembunyi
Saat separauh jata terbentuk
Tak ada niat gugur
Pun mati ditolak…
Sembah.. Sembah..
Untuk cinta-Nya…
1/10/12
Antara Kita dan Mereka
Kasih..
Pagi hari kukatakan pada mentari
Meminjam sinar kasihnya
Tuk menyinari dirimu yang mulai bangun
Biar tak terlelap dalam dingin
Siang hari…. Kukatakan pada debu
Biar ia tak melekat pada dirimu
Agar cinta kita tak kotor
Sore hari.. Saat surya beranjak mengusap gerahnya
Malu-malu kukatakan padana
Agar ia datang kembali esok
Seperti cinta kita tetap ada
Malam hari…kuingin meminjam cahaya bulan
Meski dunia marah padaku
Karna kutahu hanya kita yang bersua dalam terang
Berharap bintang pun membelai malam kita
Kasih…
Satu hari cukup bagiku tuk mencintaimu
Siap kumati dalam waktu singkat
Asalkan aku mati dalam genggamanmu
Satu hari ada bayangmu di tempat ini
Yang terpantul lewat mentari
Yang indah saat purnama bulan
Dalam bintang yang selalu ada seperti cinta kita.. Abadi!!
8/10/2012
Berpisah
Malam pun gugur..
Menyibak derita kawalan gelap
Melahirkan pekat di awal suyi
Melepas lelah pada hari baru
Pagi telah hidup
Setetes nafas sudah ada
Punya nyali berbuat
Masa depan sudah menanti
Kini harus berpisah
Antara gelap dan terang
Antara dingin dan panas
Yang sama-sama berjalan dahulu
Sudah letih..dipeluk lesu
Antara malam dan pagi..
12/10/2012
Di Senja yang Sama
Kala raga pada senja yang sama
Tak bertuan yang selalu mengeluh
Berteriak kelam agar ia cepat pergi
Tak mengapa ia berada di luar
Antara benci yang ada
Menggertak jantung
Berakhir!!
Kala raga pada senja yang sama
Kapan harus berhenti pada titian kasih
Yang enggan bercerita lama
Naluri pun mengancam jiwa..
Menyerang…
Sakit menunggunya kemarin
Usai..
Pada jalan lain, mungkin lebih baik
Meski tak boleh santai…
23/10/2012
Wajah yang Berbeda
Berserakan..
Satu per satu diluar wajah
Selalu tak sama
Kepingan bayangan bercampur
Sirna…kabut dan kabur
Mana yang asli
Rentan dibalik senyum yang palsu
Wajah mereka…kumpulkan!!
3/11/2012
Diam
Tutup mulut yang terus bersuara
Bicara, hentikan ia…
Menganga bukan kerjanya
Segan bukan kisahnya…
Tutup mulut yang tak bersuara
Hanya sebatas diam yagn tlah diukur
Sepantasnya jangan rebut
Tenanglah…
Mereka akan bersuara lagi..
3/11/2012
Pujaan Hati
Mery…
Serpihan lamunan malam tadi mencubitku
Saat kau mulai terasa gundah
Saat lantunan nada kasihmu
Terngiang tak tentu menghukumku
Terasa bau, nafasmu kini
Yang kini kau tiup biar aku tetap jatuh..
Mery.. Kakiku tak kuat lagi menggendongmu
Tuk menelusuri jalan di depan kita
“tak pernah mengatakan mati”, katamu dulu
Mery.. Cincin yang melekat di jariku ini
Pertanda kusayang padamu
Hati ini tetap milikmu
Menunggumu disini
Di awal perjumpaan kita..
6/11/2012
Hidup di Jalan Ini
Jalan ini…
Mengenyahkan kebebasan berlangkah
Yang merasuk kesendirianku
Menggoda hayalanku..
“ia sendirian”, yang terdengar saat ini
Mencoba menepis tak ada
Jalan ini..
Teriakan kerasukan palsu
Pada mereka yang rakus…
Inikah Sodom baru..
Pedis memanggil perih…
Jalan ini…
Tenaga mungkin sudah lenyap
Ah..ceroboh pun datang..
Lagukan kidung bahagia, antara jiwa yang pudar
Jalan ini…lewatkan lembaran lama..
Mungkin segera usai..
15/11/2012
Korban yang Terlupakan
Membungkuk..
Harus tunduk..
Hormati yang duduk..
Pula tetap tegak
Jangan terantuk
Agar tak dicambuk
Derita pun datang
Menunggu diri yang terus mengerang
Untuk selalu menentang
Menutup suara berang
Membakar wajah yang berang
Agar kita cepat pulang
Dan selalu berwajang riang…
Lari…
Jangan berada disini
Yang menusuk pusaran hati
Dari kaki yang berlagak sakti
Mengelus kami agar cepat mati
Dengan cemeti…
Dan tanpa henti!!
23/11/2012
Sesal dan Salah
Salah..
Pada daun yang ikut jatuh
Katanya sudah lelah
Ingin bersama tanah
Tak cukup kuat menengadah
Salah..
Pada semut yang sudah tak saling menyapa
Ego sudah tertancap kini
Ingin bersuka sendiri
Tak ada kata hidup lagi
Salah…
Pada dinding retak yang bergambar hati
Menggores tawa yang mulai pudar
Akh..mulai kalah??
Dan runtuh??
Salah..
Diri yang tak pantas
Miris senyum palsu menggoda
Yang tak tahu malu
Melepas kesucian yan ada dulu
Entah masih bertahan sampai kapan…
Habislah hidupku!!
23/11/2012
Tak Tahu Diri
Memutar waktu yang perlahan mundur
Melawan arus angin yang berhembus keras
Dulu pernah ada dia
Sedih punya sangar sepertinya
Yah,,,terlampau kurang penuh tanya
Arti sebuah jawaban yang tak kunjung berhenti
Membawa sejuta mimpi dari rongsokan diri
Memungut kata berlabel tak mampu sendirian
Anarki dipegang kuat
Aku penguasa,,
Sembari mencecar yang benar yang terus disalahkan
Yang salah dianggap yang paling baik
Murka menandingi skenario kisah Pilatus
Air tangan disimpan dan tak dibuang
Menarik tali agat ikut munafik
Tak takut pada cemohooan yang bergelora
Membayar utang yang belum dilunasi
Mengeruk harta untuk menghapus keringat
Dasar tak tahu malu!
Hanya mau cari untung…
Tak sadarkah basi sudah tempat itu
Aneh..tak ada kepulanganmu
Menengok kuburan perintahnya
Cukup sudah yang kau tawari..
27/11/2012
Mereka yang Timpang
Merogoh kuasa menabur nafsu
Bergambar pahlawan berjumlah ribuan
Bemata dua tapi sinting
Terurai menyembah kursi goyangnya
Dari sana murkanya terus bersemadi
Agar tetap bertahan
Menegakkan: tunduklah padaku!!
Yang berbaris panjang menyorakimu terus
Salah asuhan mungkin jalanmu
Salah didik menemanimu kini
Busuk rayuanmu tercium menyengat
Hingga kau sendiri tak merasakannya, aneh…
Matikah terang dari jiwamu??
Lalu..
Peti sudah siap kini..
Kain putih ada di hadapanmu
29/11/2012
Bunda Rita
Bunda…
Bertahta di puncak angker kala itu
Kokoh menyambut mentari pagi
Engaku pun membalas dengan sejuta senyuman
Karena masih ada kisah yang bisa terukir
Memm]bentangkan harapan penjejak
Para pemimpi meletakkan di pundakmu
Karena engkau selalu kuat
Bunda..
Miris muka kadang kau tawarkan
Perlahan tangkasmu mulai hilang
Perlahan tawamu sudah gugur
Perlahan senyum kecutmu menghampiri
Perlahan deritamu kau sebarkan
Sudahkah kau terbangkan cintamu dulu??
Biar semua orang tahu tentang kisahmu..
Bunda…
Sucimu terasa hentak kaut
Dibalut tembok kekuasaan
Menjulang pusakamu..
Membara santun tak terelak
Dari kisah yang kadang berujung pedih
Yang mengguncangmu bundaku…
Mereka menyapa.
“bundaku sayang, bundaku malang”..
Derap langkahmu perlu kau tanyakan lagi pada pemiliknya…
1/12/2012
Hujan
Butir-butir harapan mulai jatuh
Menyibak kekacauan hati gersang
Menunggu terlalu lama
Untuk berujar pasti: tengoklah kami selalu
Jangan terlalu penuh
Cukup untuk mengisi mulut ini
Rona basah pun menampar kami
Meski sakit diderita
Rona dingin menusuk diri
Meski tak punya selimut
Lalu..
Beri kami hidup
Lewat embun nafasmu…
3/12/12
Tentang Kisah Kita
Dia punya cerita
Berlangkah menuju cita
Melawan serbuan derita
Tak sempat berkata
Saat harus menutup mata
Kawan…
Pada titisan darah yang terselubung harapan ini
Kita harus rela tercecer..
Dirimu pun disana
Tanda tak ada godaam
Tanda kita mati untuk cinta
Tanda sakit tak punya tempat
Hanya rindu menancap diri kini
Agar darah itu selalu mengalir
Dia punya cerita…
Antara kita…
7/12/12
Sadar Sebelum Waktu
Antara kata yang belum terucap
Pada serpihan hati yang mengharap penuh
Untuk selamanya janji itu
Sayang..
Mungkin nafasmu akan berhenti bila kulakukan itu
Namun aku tak mau kamu terus menjerit
Sayang..
Mulut ini diam merayumu
Kata-kata pun mungkin menipumu
Lihatlah air dan minyak yang tak pernah bersatu
Itulah cinta kita
Melodi duka sebelum terlambat bagimu
Melawan lonceng kehidupanku yang segera datang
9/12/2012
Bertobat dengan Maaf
Hilang pun pergi…
Dibawa angin merana menjadi badai
Dari kisah yang berawal sepoi
Menghantar pada pembasuhan nurani
Aku salah…
Hilang pun pergi
Pada kayu yang harus dibakar
Menjadi butiran debu tak melekat
Takkan terulang lagi
Hampa…
Pukullah aku, katakan yang buruk
Aku pantas lenyap darimu
Saat dunia ikut bersuka
Aku menangis..
Isyaratkan jangan disembah kisah kita
Korban hati yang tak bernyawa surga
10/12/2012
Serakah Tak Tentu
Suara sumbang pada ratap tangis anak negeri
Kala derita dengan semangat pahlawan
Yang dibungkam dengan segelintir uang
Mendukung parade pembunuhan cinta
Oh..manakah jati diri yang dibeli dengan tombak??
Meraung-raung mencari damai yang terus pergi
Saat pidato berlabel mas kawin
Dibayar dengan setali lima jari
Yang membahana menutup derita
Yang beradu saat naik pangkat
Oh..itukah cerita pemimpin??
Lalu..
Dianggap lewat opini-opini mentereng
Tak dihiraukan malah dihina
Opini penentang suara berkuasa
Yang dibawa Tuhan tapi tak didengar
Ah.. Sekiranya Tuhan tahu??
Dari rakyat, itu sudah pasti
Oleh rakyat, kalau ada sogok
Untuk rakyat, berharap tak cepat habis
Terlalu!!!
13/12/2012
Semesta yang Merintih
Sudah habiskah tempat untuk menampung dosa??
Yang keluar dari alam jadi hancur
Yang tak punya harapan tuk mengubur kematian
Yang datang tak terduga siang itu
Sudah larikah Tuhan?? (ini juga dosa!)
Memaksa semesta alam Flores merintih
Menambah luka,perih berantakan..
Siang itu kala ia berbicara lagi
Menggempur bumi yang tak kuat
Ah… hanya bisa menatap dan meratap..takut!!
Semuanya lahir dari dosa..(mungkin saja, kataku)
Yang lupa membalas kebaikan-Nya
Pun dusta yang tak mau pergi secepatnya
Siang itu kala ia berbicata lagi
Memecah sunyi, membelah iman
Membentuk puing-puing janji
Membasahi tanah yang sudah bersalah
Yang terendam luka dara…
Cukup katakan itu buruk
Ajaran tentu ditelan!
Tuk menghalau kata tak pantas
Pun masih ada mimpi disana
Dan memori kelam yang harus dibilas lagi…
14/12/2012
Tak Lama
Gerimis mengundangmu di tempat ini
Mengolokku sembari memusuhiku
Tak mau ketinggalan, derainya pada daun
Menatapku bahagia: engkau berhasil mengelabuinya
Engkau pun mengusap sedihmu
Melemparnya padaku dengan angkuh
Pun kuterima dengan mesra memeluknya
Karena kutahu ia akan pergi dariku lagi
Karena kutahu engkau masih mencintaiku
Ah..seandainya kemarin aku menegurmu
Mengenalmu lebih jauh..
Meninggalkan anganku
Jatuh bagai kawat perak dari mega itu
Harus kumenepi, merangkak ke relung sunyi
Untuk tetap bersemadi tanpa guru
Menjauh darimu yang ikut terlena pada bualanku
Kan menatap hari lalu
Mengendus mimpi satu cinta kita
Yang harus tak bertahan lebih lama
Inikah rasa… yang terus menawar diri
Mengelus telapak tangan
Berkata: kusayang padamu lebih lama
Yang tidak semudah dipandang mata
Hanya bibir yang mengikrarkan janji
Di depan gereja tua itu…
19/12/2012
Kotaku
Ruteng……
Berawan menjadi teman
Yang kala tak tentu datang
Dikenang saat basah terus menggoda
Menghentak diri menyeyat hati
Ditemani kopi panas
Ruteng..
Kemanakan tajimu bertarung sejati
Mungkin telah kau buang percuma
Menaruh pada rintihan
Enggan bersua pada tawa
20/12/2012
Ia telah Lahir
Di malam pekat bertaburan bintang
Menguasai jagat yang sudah terlelap
Hanya ada satu yang paling terang…
Ia telah ada di jagat ini
Emanuel telah lahir, ada cinta yang datang
Dibawah palungan kotor dan jijik, Ia tersenyum
Ditemani hewan berselimutkan kotoran, ia lahir di tempat yang sederhana
Disoraki gembal, pujilah nama-Nya
Lagu kemuliaan berlantun kuat
Mengeruk nadi yang sempat berhenti
Agar selalu bergeming pada awal keselamatan
Dengan cara yang sederhana dan dipinjam
Untuk kasih tiada akhir dan tanpa batas
Bangunlah..
Sambutlah ia dengan hati putih
Sorakkanlah..madah pujian bersama kidung semesta luar
Tataplah ke langit, masih ada bintang itu
Luruskanlah hati tanpa bergerak!
22/12/2012
Palungan Suci
Suci hari yang terlukis indah
Tak ada rasa gundah dan resah
Memuji dan selalu menyembah
Hanya pada-Nya kita berserah
Tak kenal lelah
Memohon atas diri yang salah
Dia penunjuk sejati arah
Agar terus bangkit saat kalah
Pun segera menjauh kata gerah
Jangan pernah meminta upah
Di saat Natal penuh kisah
Membunca pada setiap rumah
Dia datang pun membawa damai
Sungguh kasih menyerebak permai
Agar manusia tak lalai
Dan tak hanya berandai-andai
Untuk sedikit lebih santai
Dalam palungan dingin
Terngiang bau dan kotor
Itu sederhana!
Sanggupkah seperti palungan??
25/12/2012
Tentang Kasih Sang Waktu
Waktu..
Yang datang dan pergi
Yang lalu dan dan akan datang
Yang dikejar dan ditinggal
Yang sudah dan belum
Yang dikenang dan diimpikan
Tapi..
Masih ada kini
Yang mengundang lalu tuk pergi
Yang menyapa lalu tak kembali
Yang bisu kala mengulang dan mengharap
Yang diam saat tak bisa bicara
Masih ada kini..
Yang mengubur dan menggali waktu
Yang suka dalam duka
Yang duka dalam suka
Masih adakah waktu-waktu
Yang harus saling mengejar
Yang berhenti sebelum tiba
Yang takut sebelum berlangkah
Entah sampai kapan ia tetap ada.
Syukur dan terima kasih pada sang waktu…
29/12/2012
Di Akhir Cerita
Berlinang kisah pada sang waktu
Ada yang melekat, ada yang tetap jatuh
Seolah sentakan mampu menjawab
Getaran pun menguatkan kisah-kisah
Yang sudah keluar tanpa permisi
Masih ada hari esok, tak berakhir hari ini
Dunia…
Dalam dekapan sang waktu yang ikut melihatnya
Meraba setiap jejak yang kadang ceroboh
Melambai pada akhir waktu kini
Meski terus diteriaki agar jangan ditinggal pergi
Ah…mungkinkah ada jarak yang terbentang luas antara kita
Kan kulewati tanda tanya bahwa kau pernah ada
Semesta bisa bernyanyi riang
Tak ada lagi munafik diri antara aku dan kamu
Berlinang kisah pada wajah sang waktu
Sayang..semua akan usai ..jangan ada derai lain
Meminta jangan ditinggal sendiri
Kidung berlari.. hiruk pikuk mencari tempat tuk bersembunyi
Awan kelabu mulai tak menentu pergi
Memencar rasa kasihan pada dunia yang terasa bau
Mungkin Ia turunkan hujan
Membasahi jejak-jejak yang kurang bermakna
Dunia..
Biaskan remang-remang cahaya pudar dari dirinya
Yang tak dapat dijadikan rahasia lagi
Lalu… Recehan perjalanan mulai mencari kawannya
Karena tak mau hidup sendiri
Semuanya belum usai….
Masih ada hari esok
Saat dimulai terbagi dalam linangan kisah
Saat semburan langkah untuk tetap kuat
Meniti kaki dan tangan bergurau kembali
Lihatlah ke depan dan mereka ada disana
Ambillah tawa dan buanglah sedih!
31/12/12
SATU TANAH
Tentang sang waktu yang enggan berbicara kini
Kisah yang mengundang tanya pada diri
Sudah bertahan tapi tak lama berada…
Dalam taburan suka kala itu
Semuanya dalam satu asa
Membubung tinggi agar tak mudah lepas
Erat!
Mengikat jiwa-jiwa yang kuat perkasa
Untuk selalu bersama
Mereka…
Ada semangat yang tak mudah luntur
Ada tawa yang selalu bertutur
Ada cinta yang tak ada kata menjamur
Tetap bersatu melawan perbedaan bagai bermain catur
Untuk kasih agar mudah diatur
Menggenggam peluh untuk disembunyikan sementara
Tanda ada semangat membara
Satu!
Bersama!
Hapus perbedaan, kata mereka…
Dunia masih ikut tersenyum
Melihat deraian sukacita yang terus bersuara
Membahana kalau tak ada cerita lain
Lalu…
Tembak naluri mereka!
Adegan kejam tak bertabiat mulai menyindir rasa itu
Datang, duduk, diam sendiri…
Tutup mulut pada kaum yang terus bersuara
Kobarkan derita yang terus dilalap api kematian
Tak ada waktu luang untuk mereka…
Perih tak menentu diterima hati
Padahal langit kita sama
Kebahagiaan seolah sudah menjadi milik penguasa
Yang disogok dengan rupiah
Merampas harta yang sejak dahulu dijunjung tinggi
Tanpa merasa bersalah oleh topeng mayoritas….
Mendendangkan lagu requiem pada negeri impian
Manakah keadilan??
Lenyap atau ikut dikuburkan bersama pahlawan??
Ketika alam menyapa dengan penuh kekudusan
Mengenang parade tentang hujan kemarin
Yang diderita tapi tak dicerita
Manakala nyawa-nyawa tak bersalah ditutup kisahnya
Karena mereka kecil dan harus dibasmi!! (ini keadilan dalam satu?)
Lantunkan litani kekuasaan satu…
Bahwa satu tetaplah satu dari kesatuan
Bahwa satu harus terbungkus rapi dalam bingkai itu
Bahwa satu adalah cerita baru untuk keberagaman
Satu jangan diadu
Satu adalah aku dan engkau
Antara kita dalam satu waktu
Bergegaslah!!
Siaplah karena masih ada pintu…
Satu bangsa…
Satu tanah…
Satu bahasa…
Engkau ada…
Karena ada aku, dia, dan mereka
Terlahir dari satu tanah…
Memulai Kini
Berlayar tanpa batas di usia kini
Mengayuh terus melawan arus
Mencecar karang bertandas amukan
Menghadang ombak yang selalu memuji
Ingin sampai pada pelabuhan waktu
Tak ada bahaya!
Mulai hari ini..
Ada gelora menyambut cita
Yang telah lama pada lembaran kemarin
Disana menunggu diri yang terus berharap
Tak ada lamunan yang seolah tak berdaya
Untuk salinan waktu yang kadang menggerutu
Mulai hari ini..
Ada sebaran kata untuk bertindak
Ada jalanan yang membakar semangat
Melukai untuk sebuah kesembuhan
Semoga tak berakhir di usia kemarin yang berlalu
Mungkin belum sanggup mengucap kata
Kala nafas terengah
Untuk yang sementara, masih ada kemungknan
Bertemu atau berpisah….
1/1/2013
Masih Ada
Langkah sayu mendendam asa
Membunca pusaran hidup yang selalu ada
Bumi menangis saat ia dijual paksa
Saat ia terus mengais duka
Membungkam cerita lama
Coba tanya pada dunia
Saat ia kehilangan muka
Masihkah ia diam tak berkata
Menunggu datangnya derita
Masih adakah cerita cinta
Dalam hati yang bertabur rasa
Ia juga tak buta
Karena ia punya mata!
Dalamnya ada tanda luka
Sekakan ia tak mampu ‘tuk bicara
Menghancurkan kisah antara kita
Dalam tanah tempat segala berada
Membungkus sayu nyawa meronta
Mestikah ada celaka?
Jangan… tak perlu berpura-pura
Mestikah ia tak bernyawa?
Tidak.. Ia seperti manusia…
Mestikah ia digoda?
Tidak… ia tak mau dimanja
Ia masih ada..
Ia tetap setia…
Biarkan ia bahagia bersama kita!
4/3/2013
Dari gelap seiring tawa mengakak
Dari tangan yang terus menyentak
Dari waktu yang terus berdetak
Secuil kasih yang dibunuh mati
Ada duri menemani
Ada air yang dibuang atas nama dosa
Kejam…Dolorosa tak sanggup menanggung…
Segumpal darah adalah saksi!
06/03/13
Janji adalah janji
Kala pikiran baru dimulai
Berlalu agar cepat pergi
Sesuai kata kata
Berkaca pada nurani
Agar dapat dimengerti
Janji adalah bukti
Keluar tanpa melati
Tentu ada yang berisi
Untuk selalu memberi
Karena tak dapat hidup sendiri
Janganlah tuli, karena ada aksi ada reaksi….
Janji adalah potensi
Kesempatan tak datang dua kali
Hanya untuk merubah diri..
Tanpa membeli!
Jangan pernah kembali
Biar tak usah berhenti……
Janji bukan duri
Yang dapat menusuk hingga mati
Yang memunculkan ironi
Tak hanya bisa bermimpi
Yang harus digapai dini hari
Jangan ada iri
Janji bukan tragedi
Bukan pula ambisi dan benci
Tak menjadi anak tiri
Tetap mencari tanpa mencuri……
06/03/13
Saat kematian sesaat menjadi tumpuan
Penghalang jiwa-jiwa yang lagi bersuara
Mendera dalam langkah pelan
Melupakan janji-janji kemarin di pohon cemara
Sambil mengangkat tangan: aku bisa…..
Tak ada lagi kemesraan antara angan dan kelakuan
Mengerut karena tak direstui tuannya
Sejauh tubuh tetap tak mau pergi
Baca Juga Artikel Menarik Lainnya: